hello..welcome to my first blog. Hope you enjoy it.

Rabu, 22 Maret 2017


TUGAS KELOMPOK


Berikut ini materi pendidikan tentang tahap & perkembangan psikologi pendidikan  mata kuliah Psikologi Pendidikan pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2017 yang lalu.


***


TAHAP & PEREKEMBANGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

            Perkembangan individu murid, siswa, dan mahasiswa (peserta didik), ditunjukkan bagaimana perkembangan anak-anak, remaja dan dewasa tumbuh dan berkembang secarafisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhanfisik, kognitif, afektif, sosial, psikomotor, moral. Proses pengajaran dan pembelajaran tidak akan bisa berjalan efektif dan efisien apabila seorang pendidik tidak memahami perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Untuk itu pendidik memerlukan pengetahuan tentang perkembangan individu peserta didik.
1. Perkembangan pada masa kanak-kanak (early childdhood) yaitu usia 2-6 tahun
            Krisis yang terjadi adalah inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilt). Secara deskriptif, anak-anak menunjukkan kemampuan dan keterampilan motorik dan menjadi lebih tertarik dalam interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka belajar mencapai keseimbangan antara hasrat kebebasan dan tanggung jawab, belajar mengontrol impuls-impuls dan fantasi kekanak-kanakan. Jika orang tua memberi harapan,tetapi konsisten dalam disiplin, maka anak akan belajaar menerima kesalahan, dan tidak dihimggapi perasaan-negatif, seperti perasaan malu secara berlebihan. Sebaliknya, jika orang tua kurang memahami anak, maka akan berkembangan perasaan bersalah dan kurang percaya diri yang berujung pada kesalahan indepedensi.

Mempunyai ciri-ciri:
·         Negatif
·         Masa Bermain:
-uncopice
-onlooker behaviour
-solitary depentent play
-parallel day
-associative play
-coorperative play
·         Masa Eksplorasi
·         Masa Meniru
·         Tahap Perkembangan Kognitif (Piaget):
-Periode Pra-operasional
-Menggunakan simbol-simbol, seperti refleksi mental, kata-kata, dan  penampilan fisik    
  terhadap lingkungannya (objek dan peristiwa-peristiwa).
-Kemampuan berbahasa lebih meningkat.
-Transisi dari tahap intuitif ke tahap operasi konkret ditandai oleh pencapaian satu atau
  lebih konservasi(konservasi berarti bahwa aspek-aspek kuantitatif dari objek tidak 
  berubah kecuali kalau sesuatu ditambahkan atau dikurangkan daripadanya, meskipun
  terjadi perubahan-perubahan dalam penampilannya.
-Berpikir dipandu oleh aturan-aturan logika lebih mmepercayai operasi-operasi.
-Cara berpikir bersifat egosentris
-Penalaran didominasi oleh Persepsi
-Pemecahan masalah lebih intuitif daripada logis.
·         Tingkat Perkembangan Moral (Kohlberg): Prakonvensional
      -Tahap 1:  Orientasi Hukuman
      -Tahap 2: Orientasi Ganjaran

2. Masa Kanak-kanak Akhir (elementary and middle school years) yaitu usia 6-12 tahun

            Krisi yang terjadi adalah kompetensi vs. Rendah diri (competence vs inferiority). Secara deskriptif, sekolah atau belajar adalah peristiwa penting. Anak belajar membuat keputusan, memperoleh keterampilan-keterampilan untuk bidang-bidang pendidikan dan pekerjaan tertentu, serta pengembangan potensi dasar.  Anak-anak , menunjukkan suatu era trasnsisi antara keluarga dengan teman sebaya. Jika anak-anak memperoleh ransangan intelektual yang memaadai, maka mereka menjadi lebih produktif, dan sukses dalam mengembangkan potensinya. Sebaliknya, jika tidak memperoleh kepuasaan, maka mereka akan menunjukkan sikap rendah diri.

Mempunyai ciri-ciri:

·         Periode Operasional Konkret
·         Pengaruh teman sebaya mulai dominan
·         Tahap Perkembangan Kognitif (Piaget):
      - Mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian
-Operasional Konkret
-Berpikir secara konkret
      - Mampu mengklasifikasi jumlah dan berat
-Mampu mengatur secara serial
-Memahami konsep bilangan.
-Berkembangan azas dalam berpikir
-Mampu berkonservasi
-Logika penggolongan dan relasi
·         Tingkat Perkembangan Moral Konvensional
      Tahap 3: Orientasi ”good boys/girls”
      Tahap 4: Orientasi Otoritas tokoh yang disegani






3. Masa Remaja (Adolescense) yaitu usia 12-18 tahun

            Krisis yang terjadi ialah identitas vs kebingunan peran (identity vs role confusion). Secara deskriptif, remaja  berfokus pada pertanyaan ”siapa saya”. Untuk sukses menjawab pertanyaan ini, Erickson menyatakan remaja mesti bebas dari rasa konflik dalam berbagai hal, adanya peluang untuk mengembangkan kepercayaan diri, independensi, kompetensi, dan kontrol diri. Jika remaja bebas atau sukses dalam mengatasi konflik yang mungkin terjadi, maka mereka akan sukses dalam tahap ini dan memperoleh identitas diri yang kukuh, dan siap membuat perencanaaan untuk masa depannya. Sebaliknya, jika gagal mengatasi konflik dan  identitas diri, maka remaja akan tenggelam dalam kebingunan, tidak mampu membuat pilihan dan keputusan, khususnya tentang pekerjaan, orientasi seksual, dan peran  kehidupan secara keseluruhan.

Mempunyai ciri-ciri:
·         Perkembangan Fisik: Mengarah ke bentuk badan orang dewasa
·         Perkembangan Seksual: Mulai aktifnya hormon seksual
·         Perkembangan Heteroseksual:  Mulai tertarik dengan lawan jenis
·         Perkembangan Emosional: Emosional tak stabil, berubah-ubah dan cenderung meledak-
      ledak.
·         Perkembangan Kognitif:
      -Generalisasi pemikiran yang lengkap
      -Berpikir proposional
      -Kemampuan memecahkan masalah abstrak dan hipotesis
      -Berkembangannya idealisme yang kuat
      -Berpikir kombinasional
      -Berpikir secara sistematis
      -Mampu berpikir abstrak
      -Mampu memecahkan masalah belajar yang bersifat abstrak secara sistematis dan
        generalis
      -Dapat menerapkan pernyataan-pernyataan verbal dan logis
·         Pola berpikir cenderung egosentris
·         Perkembangan Moral : Kebanyakan tingkat konvensional
      Tahap 5: Orientasi tingkat sosial

      Tahap 6: Orientasi asas etis 


Semoga bermanfaat :) 
cc Annisyah Maulidina,Muhammad Dani, Melisa Windi, Riky Hambali Samosir,Asyifa, Putri Amelia Tambunan

Jumat, 17 Maret 2017

TUGAS INDIVIDU

    Berikut ini ulasan materi mata kuliah psikologi pendidikan pertemuan pertama pada hari Rabu, 1 Maret 2017

                                              BELAJAR
                         
               Teori pengkondisian klasik dan eksperimennya
Ivan Pavlov adalah seorang ahli psikologi refleksologi dari Rusia yang mengadakan percobaan pada anjing . moncong anjing dibedah sehingga kelenjar ludahnya berada di luar pipinya dan dimasukkan di kamar gelap serta ada sebuah lubang di depan moncong empat menyodrkan makanan atau menyemprotkan cahaya . pada moncng yang dibedah dipasang selang  yang dihubungkan dengan tabung di luar kamar sehingga dapat diketahui keluar atau tidaknya air liur pada waktu percobaan. Hasil percobaan mengatakan bahwa gerakan reflex itu juga dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan, sehingga dapat  dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks bersyarat/refleks yang dipelajari, yaitu keluarnya air liur karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suatu bunyi tertentu.
Teori di atas juga disebut dengan teori classical, yang merupakan sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasan) , serta untuk membedakan dari teori lainnya. Teori ini disebut juga respondent conditioning (pembiasan yang dituntut). Teori ini sering disebut juga contemporary behaviorists atau juga disebut S-R psychologists yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi tingkah laku belajar  terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka merupakan hasil belajar. Teori ini menganalis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subjek penelitian. Berikut adalah gambar dari experimen Pavlov.

C.    Implikasi teori Causal Conditioning pada dunia pendidikan
Setelah banyak orang mengakui teori Pavlov bermanfaat di dunia psikologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya. Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinyu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia menyebabkan stimulus yang sama tidak selalu menimbulkan respons sama, dan sebaliknya, respons sama tidak selalu disebabkan stimulus yang sama. Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat menggunakan kerangka teori Pavlov untuk membantu menjelaskan proses belajar secara fleksibel. Contohnya, sikap ramah seorang guru memiliki kecendrungan menimbulkan respons positif pada subjek didik, meskipun ada kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek didik manja. Pada awal pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat menimbulkan shock symbol pada sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula merangsang subjek didik belajar gigih agar memahaminya.
Eksperimen-eksperimen Pavlov awalnya tidak bertujuan menemukan teori belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi behaviorisme. Sesuai dengan kedudukannya sebagai ahli fisiologi, eksperimen pavlov lebih bertujuan memahami fungsi otak.
Hasil-hasil eksperimen Pavlov ternyata sangat berguna bagi pengembangan teori belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila banyak ahli pendidikan mengadopsi hasil eksperimen paplov untuk mengembangkan teori belajar. Namun demikian, apa yang diperoleh Pavlov bukan suatuyang final sehingga kita sebaiknya fleksibel menggunakannya.


Sekian ringkasan materi untuk hari ini...
Sampai Jumpa di lain kesempatan :)


Selasa, 07 Maret 2017

Psikologi Pendidikan

TUGAS KELOMPOK 


 PERENCANAAN, INSTRUKSI dan TEKNOLOGI

Berikut saya tampilkan  tugas psikologi matakuliah psikologi pendidikan  semoga bermanfaat bagi teman -teman sekalian 
Disusun Oleh Kelompok 6 :
Dengan Nama Anggota :