hello..welcome to my first blog. Hope you enjoy it.

Selasa, 20 Juni 2017

TUGAS INDIVIDU

Berikut ini resume materi tentang Pedagogi dan Andragogi untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan pada hari Rabu tanggal 17 Mei 2017 oleh ibu dosen Filia Dina

Pedagogi dan Andragogi
A. Pendidikan Andragogi
 Andragogi merupakan istilah istilah baru yang popular saat ini adalah teori belajar yang cocok dan tepat untuk orang dewasa. Istilah andragogi pertama kali dikenal melalui karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa. Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A Neglected Species.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani, aner atau andr, yang berarti orang dewasa agogos, yang berarti mengarahkan/memimpin. Andragogi dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari si pelajar, bukan kegiatan mengajar dari guru.
Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya dengan orang dewasa, mereka sudah punya self directing, dan tingkat ketergantungan kepada orang lain berkurang. Orang dewasa lebih cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Definisi yang ditawarkan Kartini Kartono yang dikutip Asmin bahwa: “andragogi adalah ilmu menuntun/ mendidik manusia;anerandros: manusia, Agoo: menuntun, mendididk. Atau ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mandiri di tengah lingkungan sosialnya”.
Oleh karena orang dewasa dipahami sebagai individu yang telah mampu mengarahkan diri sendiri, maka pengertian andragogi dalam pembelajaran menurut penulis, adalah seni dan pengetahuan dalam membelajarkan orang dewasa. Hal ini dimaksudkan bahwa yang terpenting dalam proses ini adalah bukan kegiatan mengajar guru akan tetapi kegiatan belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Maynard dalam pendidikan liberal sejati, bahwa salah satu cabang pendidikan terpenting adalah pendidikan bagi orang dewasa. Kadang kita terbersit pemikiran bahwa pendidikan adalah sesuatu yang mirip jerawat, campak, atau cacar air. Kita pikir kalau orang sudah pernah dididik di masa kecilnya, lantas ia tak perlu dididik lagi, malah tak bisa dididik lagi. Padahal bila kita cermati, kebanyakan hal penting dalam kehidupan ini hanya bisa dipelajari di usia dewasa. Menurut Maynard:
“Manusia adalah binatang rasional. Mereka mencapai keberadaan tertinggi di atas segala binatang lain lewat penggunaan penalaran. Ini berarti nalar harus terus dipakai seumur hidup. Kalau manusia hanya belajar di masa kecil saja, lalu mandek, berarti mereka hanya menjadi manusia pada masa kecil itu saja.”
Sedangkan pengertian andragogi sebagaimana direkomendasikan UNESCO diterjemahkan sebagai berikut:
“Istilah pendidikan orang dewasa berarti keseluruhan proses yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan dan metodenya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, kolese atau universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi atau profesionalitasnya dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.”

B. Pendidikan Pedagogi 
Menurut Knowles, sebelum wujudnya andragogi, pedagogi sudah muncul. Pedagogi adalah seni dan kebudayaan bagi pembelajaran anak-anak. Perkataan itu diambil dari Yunani yaitu ‘paid’ bermaksud ‘child’ dan ‘agogus’ bermaksud ‘leader of’.
 Pada permulaan abad ketujuh di Eropa, sekolah didirikan dengan tujuan mengajar anak-anak. Sekolah dasar adalah sekolah yang mendidik anak-anak lelaki dalam menyalurkan ilmu keagamaan. Memandang guru-guru di sekolah itu mempunyai prinsip dan misi terhadap kepercayaan dan upacara keagamaan bagi pelajar anak-anak ini, mereka mengendalikan strategi pembelajaran yang dikenali sebagai ‘Pedagogy’ yang bermaksud seni dan kebudayaan untuk pembelajaran anak-anak.
 “Saya tidak mengatakan yang pedagogi adalah untuk anak-anak saja dan andragogi adalah untuk orang dewasa, memandangkan ada beberapa andaian pedagogi realistik untuk orang dewasa dan beberapa situasi dan beberapa andaian andragogi sesuai untuk anak-anak. Dan saya tidak mengatakan yang pedagogi itu buruk manakala andragogi adalah baik, setiap satunya mempunyai andaian yang munasabah.” Knowles (1979) “…setiap orang dewasa mempunyai tanggapan yang spesifik dan menghargai segala bidang kerjaya, kebahagiaan, keluarga, kehidupan dan hubungan komunitinya. ‘Subject-matter’ kadangkala dibawa ke dalam situasi ini dan digunakan dalam bidang kerjaya sekiranya diperlukan. Fakta dan guru merupakan peranan kedua dalam sesi pembelajaran, guru juga harus menyatakan tentang kepentingan pendidikan formal.’

C. Perbedaan Pendidikan Andragogi dan Pedagogi 
Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.

Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
   1.      Konsep diri,
   2.      Konsep pengalaman,
   3.      Konsep kesiapan belajar, dan
   4.      Konsep perspektif waktu atau orientasi belajar.
 Menurut konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut:
1.            Mampu mengambil keputusan bagi dirinya,
2.            Mampu memikul tanggung jawab, dan
3.            Sadar terhadap tugas dan perannya.
Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah, yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.


Perbandingan Rancangan Bangun Pendidikan Antara Andragogi dan Pedagogi
No
Matra
Unsur Rancang Bangun
Pedagogi
Andragogi/Gerentologi
1
Suasana
Berorientasi pada otoritas formal dan bersaing
Ketimbal-balikan, saling menghargai, bekerja sama, informal
2
Perencanaan
Oleh guru/pelatih
Mekanisme perencanaan bersama
3
Diagnostik kebutuhan
Oleh guru/pelatih
Diagnostik diri timbal balik
4
Perumusan tujuan
Oleh guru/pelatih
Perbandingan bersama
5
Rancangan bangun
Logika mata pelajaran
Dituntut menurut kesiapan satuan masalah
6
Kegiatan Penilaian
Teknik penyampaian oleh guru/pelatih
Diagnostik ulang kebutuhan timbal balik, pengukuran program bersama

   Perbedaan Orang Dewasa dan Anak Dalam Belajar
No
Komponen-komponen Pembelajaran
Pedagogi/Anak-anak
Andragogi/Gerentologi
1


2

3




4




5


6


7


8


9
Tujuan Pembelajaran


Materi Pelajaran

Metode dan Teknik




Sumber Belajar/Guru




Evaluasi


Kurikulum


Waktu


Tempat


Sarana/Prasarana
Diarahkan untuk masa yang akan datang.

Lebih umum

Ceramah guru lebih dominan



Ditentukan secara formal




Keberhasilan dalam belajar

Ditentukan oleh lembaga tertentu

Ditentukan oleh guru


Ditentukan oleh guru/pengelola

Lembaga/pengelola/guru
Untuk saat sekarang (dapat dimanfaatkan segera)

Praktis, keterampilan

Lebih banyak mengajak WB, untuk berbuat melalui diskusi, metode kasus, simulasi, dll.

Tidak ditentukan secara formal, asal punya keterampilan dan mau membantu WB

Evaluasi diri (self evaluation)

Dirancang secara bersama antara tutor dengan WB

Kesepakatan antara tutor dengan WB

Disepakati antara tutor dengan WB

Disepakati bersama antara tutor, WB, dan pengelola

 Prinsip-Prinsip Belajar Orang Dewasa
Berdasarkan uraian sebelumnya, telah dikemukakan bahwa orang dewasa yang datang pada suatu pertemuan/kegiatan belajar telah memiliki konsep diri dan membawa pengalaman-pengalaman masa lampau. Hal ini akan mewarnai orang dewasa dalam setiap aspek kegiatan belajar yang dilaksanakannya.
Para pengelola dan pelaksana pada pendidikan orang dewasa dalam membelajarkan mereka perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Hal itu akan dapat memudahkan kita menolong mereka dalam mengarahkan mereka sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan dan diharapkannya. Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
1.         1.  Problem Centered
Pembelajaran harus berpusat pada masalah yang dihadapi warga belajar/orang dewasa. Masalah adalah kesenjangan antara yang diinginkan dengan kenyataan yang ada. Masalah yang ada tersebut perlu dicarikan pemecahannya. Dalam membelajarkan orang dewasa belajar selalu dipusatkan pada masalah. Seorang pembimbing/fasilitator dan tutor harus dapat merangsang mereka untuk belajar. Pembimbing tersebut juga harus dapat meyakinkan orang dewasa bahwa yang akan dipelajari itu merupakan suatu masalah yang menyangkut tentang dirinya.
Kenapa dalam membelajarkan orang dewasa selalu dipusatkan pada masalah (problem centered). Alasannya adalah orang dewasa akan mau belajar kalau dia menemui masalah. Dengan demikian mereka akan belajar karena yang dipelajarinya itu mempunyai manfaat baginya dan mereka merasa perlu untuk menghadapi masalah yang dihadapinya, misalnya petani tradisional akan belajar kalau ada masalah, seperti hasil ladangnya yang tidak memenuhi kebutuhan sehingga mereka ingin belajar bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian.
2.        2.    Fungsional
Dalam proses belajar orang dewasa, hendaknya apa yang dipelajari itu mempunyai arti atau mempunyai fungsi untuk warga belajar, sebab orang dewasa akan mau belajar apabila yang dipelajari ada manfaat bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebelum memberikan pendidikan kepada warga belajar, seorang pembimbing tutor, fasilitatorharus melakukan identifikasi kebutuhan warga belajar. Seandainya kita memberikan pendidikan kepada masyarakat nelayan, maka pembimbing harus memberikan pendidikan tentang teknik penangkapan ikan yang baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang memadai.
    3.      Experience Centered/Berpusat pada Pengalaman
Pemusatan pelajaran pada pengalaman. Maksudnya di sini bahwa dalam membelajarkan haruslah dipusatkan kepada pengalaman warga belajar. Pengalaman-pengalaman WB dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Oleh sebab itu, di dalam proses interaksi belajar orang dewasa, merekalah yang semestinya banyak berbuat. Dengan kata lain, warga belajar dilibatkan dalam proses belajar, karena dengan keterlibatan tersebut maka mereka akan merasa bertanggungjawab. Apabila pelajaran yang diberikan didasarkan pada pengalaman mereka, maka secara otomatis mereka akan tertarik untuk belajar, karena yang dipelajari berhubungan dengan keinginan mereka.

4.           
4.         Merumuskan Tujuan. 
  Dalam kegiatan belajar orang dewasa, mereka dilibatkan sejak dari awal sampai dengan berakhirnya kegiatan belajar. Warga belajar ikut menentukan sendiri apa yang akan dipelajarinya, merumuskan tujuan yang akan dicapai, dan melaksanakan kegiatan belajarnya. Dengan melibatkan mereka seja dari awal sampai akhir maka diharapkan hasil belajar akan dapat dicapai dengan baik.  
        5.      Feed Back (Balikan)
Umpan balik di sini artinya warga belajar mengetahui hasil belajar yang telah dicapainya. Apabila mereka telah mengetahui hasil belajarnya, maka warga belajar diharapkan dapat meningkatkan kegiatannya ke arah perbaikan cara belajarnya. Warga belajar harus tahu sampai dimana proses belajar itu telah dilaluinya.
Penilaian dalam proses belajar sangat diperlukan, warga belajar harus mendapatkan umpan balik dari proses belajarnya. Sampai dimana kemampuan mereka dalam belajar, sampai dimana pelajarandapat dicapai dan dikuasai. Apakah pelajaran tersebut dapat merubah cara ke arah perbaikan diri sendiri, dan apakah belajar dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan adanya umpan balik tersebut akan sangat menentukan kegiatan belajar selanjutnya.
Selanjutnya, Miller mengidentifikasikan enam kondisi yang prinsip bagi keberhasilan orang dewasa dalam belajar, yaitu:
   a.       Warga belajar orang dewasa harus dimotivasi agar berubah tingkah lakunya,
   b.      Warga belajar harus disadarkan akan ketidakmampuannya untuk berperilaku,
   c.       Warga belajar harus memiliki gambaran yang jelas terhadap tingkah laku yang diajukan,    
   d.      Warga belajar harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan tingkah laku yang diinginkan,
   e.       Warga belajar harus mendapat dukungan atas tindakannya yang benar, dan
f.       Warga belajar harus memiliki serangkaian materi yang tepat untuk dipraktekkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar