Berikut ini resume materi tentang Pedagogi dan Andragogi untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan pada hari Rabu tanggal 17 Mei 2017 oleh ibu dosen Filia Dina
Pedagogi dan Andragogi
A. Pendidikan Andragogi
Andragogi merupakan istilah istilah baru yang popular saat
ini adalah teori belajar yang cocok dan tepat untuk orang dewasa. Istilah
andragogi pertama kali dikenal melalui karya seorang ahli pendidikan Yugoslavia
yang berjudul Adult Leadership (1968), yang artinya memimpin orang dewasa.
Kemudian Malcom S. Knowles, dengan publikasinya yang berjudul Adult Learner: A
Neglected Species.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani, aner atau andr, yang
berarti orang dewasa agogos, yang berarti mengarahkan/memimpin. Andragogi
dirumuskan dalam suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar.
Karena individu orang dewasa adalah sebagai self directed, maka dalam andragogi
yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari si pelajar, bukan kegiatan
mengajar dari guru.
Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah
pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang
berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan
pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan
mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat,
karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih
tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek
pedagogi lebih cocok pada anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar
untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya
dengan orang dewasa, mereka sudah punya self directing, dan tingkat
ketergantungan kepada orang lain berkurang. Orang dewasa lebih cenderung
dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya mereka
sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Definisi yang ditawarkan
Kartini Kartono yang dikutip Asmin bahwa: “andragogi adalah ilmu menuntun/
mendidik manusia;aner, andros: manusia, Agoo: menuntun, mendididk. Atau ilmu
membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mandiri di
tengah lingkungan sosialnya”.
Oleh karena orang dewasa
dipahami sebagai individu yang telah mampu mengarahkan diri sendiri, maka
pengertian andragogi dalam pembelajaran menurut penulis, adalah seni dan
pengetahuan dalam membelajarkan orang dewasa. Hal ini dimaksudkan bahwa yang
terpenting dalam proses ini adalah bukan kegiatan mengajar guru akan tetapi
kegiatan belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan apa
yang dipaparkan oleh Maynard dalam pendidikan liberal sejati, bahwa salah satu
cabang pendidikan terpenting adalah pendidikan bagi orang dewasa. Kadang kita
terbersit pemikiran bahwa pendidikan adalah sesuatu yang mirip jerawat, campak,
atau cacar air. Kita pikir kalau orang sudah pernah dididik di masa kecilnya,
lantas ia tak perlu dididik lagi, malah tak bisa dididik lagi. Padahal bila
kita cermati, kebanyakan hal penting dalam kehidupan ini hanya bisa dipelajari
di usia dewasa. Menurut Maynard:
“Manusia adalah binatang
rasional. Mereka mencapai keberadaan tertinggi di atas segala binatang lain
lewat penggunaan penalaran. Ini berarti nalar harus terus dipakai seumur hidup.
Kalau manusia hanya belajar di masa kecil saja, lalu mandek, berarti mereka
hanya menjadi manusia pada masa kecil itu saja.”
Sedangkan pengertian
andragogi sebagaimana direkomendasikan UNESCO diterjemahkan sebagai berikut:
“Istilah pendidikan orang
dewasa berarti keseluruhan proses yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan
dan metodenya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan
pendidikan semula di sekolah, kolese atau universitas serta latihan kerja, yang
membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya,
memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi atau profesionalitasnya dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial,
ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.”
B. Pendidikan Pedagogi
Menurut Knowles, sebelum wujudnya andragogi, pedagogi sudah
muncul. Pedagogi adalah seni dan kebudayaan bagi pembelajaran anak-anak.
Perkataan itu diambil dari Yunani yaitu ‘paid’ bermaksud ‘child’
dan ‘agogus’ bermaksud ‘leader of’.
Pada permulaan abad ketujuh di Eropa, sekolah
didirikan dengan tujuan mengajar anak-anak. Sekolah dasar adalah sekolah yang
mendidik anak-anak lelaki dalam menyalurkan ilmu keagamaan. Memandang
guru-guru di sekolah itu mempunyai prinsip dan misi terhadap kepercayaan dan
upacara keagamaan bagi pelajar anak-anak ini, mereka mengendalikan strategi
pembelajaran yang dikenali sebagai ‘Pedagogy’ yang bermaksud seni dan
kebudayaan untuk pembelajaran anak-anak.
“Saya tidak mengatakan yang pedagogi adalah untuk
anak-anak saja dan andragogi adalah untuk orang dewasa, memandangkan ada
beberapa andaian pedagogi realistik untuk orang dewasa dan beberapa situasi dan
beberapa andaian andragogi sesuai untuk anak-anak. Dan saya tidak mengatakan
yang pedagogi itu buruk manakala andragogi adalah baik, setiap satunya
mempunyai andaian yang munasabah.” Knowles (1979) “…setiap orang dewasa
mempunyai tanggapan yang spesifik dan menghargai segala bidang kerjaya,
kebahagiaan, keluarga, kehidupan dan hubungan komunitinya. ‘Subject-matter’
kadangkala dibawa ke dalam situasi ini dan digunakan dalam bidang kerjaya
sekiranya diperlukan. Fakta dan guru merupakan peranan kedua dalam sesi
pembelajaran, guru juga harus menyatakan tentang kepentingan pendidikan
formal.’
C. Perbedaan Pendidikan Andragogi dan Pedagogi
Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy).
Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan
peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan
kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan
permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa
konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi
berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu
kepada generasi sekarang.
Terdapat
4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
1.
Konsep diri,
2.
Konsep pengalaman,
3.
Konsep kesiapan belajar, dan
4.
Konsep perspektif waktu atau
orientasi belajar.
Menurut
konsep diri orang disebut dewasa, jika orang tersebut:
1.
Mampu mengambil keputusan bagi
dirinya,
2.
Mampu memikul tanggung jawab, dan
3.
Sadar terhadap tugas dan perannya.
Dalam andragogi belajar berorientasi pada pemecahan masalah,
yaitu belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk dipergunakan
sekarang juga. Dalam pedagogi orientasi belajarnya adalah pada mata pelajaran yang
dipelajari oleh murid sekarang untuk bekal hidup di masa mendatang.
Perbandingan
Rancangan Bangun Pendidikan Antara Andragogi dan Pedagogi
No
|
Matra
|
Unsur
Rancang Bangun
|
|
Pedagogi
|
Andragogi/Gerentologi
|
||
1
|
Suasana
|
Berorientasi
pada otoritas formal dan bersaing
|
Ketimbal-balikan,
saling menghargai, bekerja sama, informal
|
2
|
Perencanaan
|
Oleh
guru/pelatih
|
Mekanisme
perencanaan bersama
|
3
|
Diagnostik
kebutuhan
|
Oleh
guru/pelatih
|
Diagnostik
diri timbal balik
|
4
|
Perumusan
tujuan
|
Oleh
guru/pelatih
|
Perbandingan
bersama
|
5
|
Rancangan
bangun
|
Logika
mata pelajaran
|
Dituntut
menurut kesiapan satuan masalah
|
6
|
Kegiatan
Penilaian
|
Teknik
penyampaian oleh guru/pelatih
|
Diagnostik
ulang kebutuhan timbal balik, pengukuran program bersama
|
Perbedaan Orang Dewasa dan Anak Dalam Belajar
No
|
Komponen-komponen
Pembelajaran
|
Pedagogi/Anak-anak
|
Andragogi/Gerentologi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Tujuan
Pembelajaran
Materi
Pelajaran
Metode
dan Teknik
Sumber
Belajar/Guru
Evaluasi
Kurikulum
Waktu
Tempat
Sarana/Prasarana
|
Diarahkan
untuk masa yang akan datang.
Lebih
umum
Ceramah
guru lebih dominan
Ditentukan
secara formal
Keberhasilan
dalam belajar
Ditentukan
oleh lembaga tertentu
Ditentukan
oleh guru
Ditentukan
oleh guru/pengelola
Lembaga/pengelola/guru
|
Untuk
saat sekarang (dapat dimanfaatkan segera)
Praktis,
keterampilan
Lebih
banyak mengajak WB, untuk berbuat melalui diskusi, metode kasus, simulasi,
dll.
Tidak
ditentukan secara formal, asal punya keterampilan dan mau membantu WB
Evaluasi
diri (self evaluation)
Dirancang
secara bersama antara tutor dengan WB
Kesepakatan
antara tutor dengan WB
Disepakati
antara tutor dengan WB
Disepakati
bersama antara tutor, WB, dan pengelola
|
Prinsip-Prinsip Belajar Orang Dewasa
Berdasarkan uraian sebelumnya, telah dikemukakan bahwa orang
dewasa yang datang pada suatu pertemuan/kegiatan belajar telah memiliki konsep
diri dan membawa pengalaman-pengalaman masa lampau. Hal ini akan mewarnai orang
dewasa dalam setiap aspek kegiatan belajar yang dilaksanakannya.
Para pengelola dan pelaksana pada pendidikan orang dewasa
dalam membelajarkan mereka perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang
dewasa. Hal itu akan dapat memudahkan kita menolong mereka dalam mengarahkan
mereka sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan dan diharapkannya. Terdapat
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
1. 1. Problem Centered
Pembelajaran harus berpusat pada masalah yang dihadapi warga
belajar/orang dewasa. Masalah adalah kesenjangan antara yang diinginkan dengan
kenyataan yang ada. Masalah yang ada tersebut perlu dicarikan pemecahannya.
Dalam membelajarkan orang dewasa belajar selalu dipusatkan pada masalah.
Seorang pembimbing/fasilitator dan tutor harus dapat merangsang mereka untuk
belajar. Pembimbing tersebut juga harus dapat meyakinkan orang dewasa bahwa
yang akan dipelajari itu merupakan suatu masalah yang menyangkut tentang
dirinya.
Kenapa dalam membelajarkan orang dewasa selalu dipusatkan
pada masalah (problem centered). Alasannya adalah orang dewasa akan mau belajar
kalau dia menemui masalah. Dengan demikian mereka akan belajar karena yang
dipelajarinya itu mempunyai manfaat baginya dan mereka merasa perlu untuk
menghadapi masalah yang dihadapinya, misalnya petani tradisional akan belajar
kalau ada masalah, seperti hasil ladangnya yang tidak memenuhi kebutuhan
sehingga mereka ingin belajar bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian.
2. 2.
Fungsional
Dalam proses belajar orang dewasa, hendaknya apa yang
dipelajari itu mempunyai arti atau mempunyai fungsi untuk warga belajar, sebab
orang dewasa akan mau belajar apabila yang dipelajari ada manfaat bagi dirinya
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebelum memberikan pendidikan
kepada warga belajar, seorang pembimbing tutor, fasilitatorharus melakukan
identifikasi kebutuhan warga belajar. Seandainya kita memberikan pendidikan
kepada masyarakat nelayan, maka pembimbing harus memberikan pendidikan tentang
teknik penangkapan ikan yang baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang memadai.
3.
Experience Centered/Berpusat pada
Pengalaman
Pemusatan pelajaran pada pengalaman. Maksudnya di sini bahwa
dalam membelajarkan haruslah dipusatkan kepada pengalaman warga belajar.
Pengalaman-pengalaman WB dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
belajar. Oleh sebab itu, di dalam proses interaksi belajar orang dewasa,
merekalah yang semestinya banyak berbuat. Dengan kata lain, warga belajar
dilibatkan dalam proses belajar, karena dengan keterlibatan tersebut maka
mereka akan merasa bertanggungjawab. Apabila pelajaran yang diberikan
didasarkan pada pengalaman mereka, maka secara otomatis mereka akan tertarik
untuk belajar, karena yang dipelajari berhubungan dengan keinginan mereka.
4.
Dalam kegiatan belajar orang dewasa, mereka dilibatkan sejak
dari awal sampai dengan berakhirnya kegiatan belajar. Warga belajar ikut
menentukan sendiri apa yang akan dipelajarinya, merumuskan tujuan yang akan
dicapai, dan melaksanakan kegiatan belajarnya. Dengan melibatkan mereka seja dari awal sampai akhir maka diharapkan hasil belajar akan dapat dicapai dengan
baik.
5.
Feed Back (Balikan)
Umpan balik di sini artinya warga belajar mengetahui hasil
belajar yang telah dicapainya. Apabila mereka telah mengetahui hasil
belajarnya, maka warga belajar diharapkan dapat meningkatkan kegiatannya ke
arah perbaikan cara belajarnya. Warga belajar harus tahu sampai dimana proses
belajar itu telah dilaluinya.
Penilaian dalam proses belajar sangat diperlukan, warga
belajar harus mendapatkan umpan balik dari proses belajarnya. Sampai dimana
kemampuan mereka dalam belajar, sampai dimana pelajarandapat dicapai dan
dikuasai. Apakah pelajaran tersebut dapat merubah cara ke arah perbaikan diri
sendiri, dan apakah belajar dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan
adanya umpan balik tersebut akan sangat menentukan kegiatan belajar
selanjutnya.
Selanjutnya, Miller mengidentifikasikan enam kondisi yang
prinsip bagi keberhasilan orang dewasa dalam belajar, yaitu:
a. Warga belajar orang dewasa harus
dimotivasi agar berubah tingkah lakunya,
b. Warga belajar harus disadarkan akan
ketidakmampuannya untuk berperilaku,
c. Warga belajar harus memiliki
gambaran yang jelas terhadap tingkah laku yang diajukan,
d. Warga belajar harus diberi
kesempatan untuk mempraktekkan tingkah laku yang diinginkan,
e. Warga belajar harus mendapat
dukungan atas tindakannya yang benar, dan
f. Warga belajar harus memiliki
serangkaian materi yang tepat untuk dipraktekkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar